Antrean Ruang ICU Penuh, Warga Kenjeran Meninggal Dunia

JAWA TIMUR324 Dilihat

Peliput : Redho

GLOBAL BERITA, SURABAYA– Pasien Rumah Sakit Soewandhie meninggal dunia diduga saat mengantre di ruang ICU. Pasien tersebut seorang ibu warga Kenjeran, Surabaya.

Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua DPRD Surabaya, Reni Astuti yang mengaku menerima laporan dari media sosial WhatsApp warga.

Laporan warga tersebut tentang keluhan pelayanan rumah sakit yang terkesan tidak maksimal dalam memberikan penanganan medis pada pasien dengan kondisi kritis.

Reni mengatakan, seorang ibu warga Tanah Kali Kedinding tersebut seharusnya masuk ruang ICU karena kondisi kritis. Akan tetapi hal itu tidak dapat dilakukan lantaran pihak RS menyatakan ruang ICU penuh.

Keadaan kurang mengenakan ini disebutkan telah dialami pasien sejak datang ke RS Sabtu (27/5) lalu dan harus menunggu hingga tiga hari di IGD sebelum akhirnya masuk ke ruang perawatan pada Senin (29/5). Mengetahui situasi sulit yang dialami pasien, Reni sapaan akrab politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lantas menuju ke RS dan memastikan langsung kondisi keluarga pasien.

Saat tiba di RS, Reni mendapat konfirmasi dari pihak RS bahwa ruang ICU yang kosong telah tersedia bagi pasien untuk masuk. Namun nyawa pasien tersebut tak tertolong sebelum dipindahkan ke ruang ICU.

Reni menyesalkan kabar meninggalnya pasien yang belum mendapatkan penanganan medis tersebut.

“Keselamatan warga menjadi yang utama, siapapun itu,” ungkap Reni.

“Tentu semua orang tidak ada yang mengharapkan situasi sulit seperti ini, tapi coba bayangkan yang mengalami itu adalah mereka yang merupakan ibu kita, keluarga kita, saudara kita,” imbuhnya.

Adanya temuan ini praktis menjadi sorotan bagi wakil rakyat tersebut khususnya mengenai standar pelayanan rumah sakit dalam tindakan medis ketika terjadi antrian di ICU.

“RS Soewandhie ini pasiennya banyak, atas upaya perbaikan pelayanan, maupun peningkatan mutu, serta inovasi pelayanan kesehatan utamanya di rawat jalan saya apresiasi. Tapi untuk kasus ini juga perlu jadi evaluasi,” terangnya

“Layanan rawat inap ini jadi evaluasi karena bila memang rumah sakit melihat kegentingan yang dialami lalu bagaimana solusi memberi rujukan atau mengalihkan ke fasilitas kesehatan lain untuk dapat dilakukan tindakan medis,” imbuhnya.

Reni memahami bahwa kematian juga merupakan bagian dari takdir Tuhan. Meski begitu, ikhtiar setiap insan untuk berusaha sebaik mungkin melalui akses pelayanan kesehatan masyarakat juga menjadi urusan lain yang sangat dibutuhkan.

Oleh karenanya, menurutnya jika RS kerap mengalami kondisi serupa, maka bagi Reni, koneksi dan integrasi pelayanan kesehatan dari satu RS ke RS lainnya butuh integrasi dan koneksi layanan.

“Di era saat ini, integrasi pelayanan kesehatan antar rumah sakit sudah menjadi keniscayaan, saya minta direktur Rumah Sakit Soewandhie memperhatikan ini,” jelasnya.

Tampak selama di RS, Reni terus menguatkan keluarga pasien dengan mengajak kedua putri wali pasien itu untuk berdzikir seraya melantunkan ayat-ayat suci Alqur’an.

Reni mengaku merasakan kesedihan yang menyelimuti pihak keluarga sekaligus menyampaikan duka cita mendalam.

“Kita tadi mengucapkan belasungkawa dan mohon doanya juga supaya keluarga yang ditinggalkan dapat diberi ketabahan dan kekuatan pula”, tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *